Pecahkah Kapal Ini???

Diposting oleh Summer Coffee on Jumat, 20 Januari 2012

Force majeur atau dalam bahasa belandanya sering disebut sebagai overmacht adalah sebuah act of god, atau kondisi dimana manusia sebagai makhluk ciptaan TUHAN tidak bisa untuk menghindar.

Hal-hal yang sering dianggap sebagai sebuah force majeur adalah, bencana alam, wabah penyakit, perang dan pernyataan perang. Sehingga force majeur adalah sebuah kondisi yang tidak diinginkan dan tidak mungkin untuk dihindari, dan biasanya terjadi dalam situasi yang tidak diduga. Dalam sepakbola hal yang berkenaan dengan force majeur memang sering terjadi, yang sering terjadi adalah tragedi kecelekaan yang seperti dialami oleh tim Torino dan Manchester United, gelaran Piala Dunia juga pernah mengalami gangguan karena kejadian perang dunia. Begitu pula dengan sepakbola Indonesia, kejadian reformasi 1998 membuat gelaran liga Indonesia dihentikan, hal ini memang tidak bisa dihindari mengingat kondisi bangsa dan keamanan jakarta sebagai ibukota yang memang tidak kondusif.

Kejadian gempa jogja juga membuat tim asal Jogjakarta seperti PSIM Mataram, Persiba Bantul, PSS sleman, mendapat kompensasi dari PSSI untuk menghentikan keikutsertaannya di Liga, sehingga untuk sementara aturan degradasi dihentikan saat itu. Sehingga sangatlah jelas force majeur adalah sebuah kondisi disaat harus diambilnya sebuah kebijakan yang mendesak berkaitan dengan sebuah kondisi yang tidak diinginkan dan tidak ada kemampuan untuk mengubah dan memperbaikinya. Sehingga tidak semua kondisi bisa dikategorikan sebagai force majeur.

Permasalahan pelik dualisme di tubuh AREMA belum juga reda, namun muncul lagi sebuah permasalahan baru lagi disalah satu kubu. Yakni pemecatan 4 pemain asing, tim pelatih, dan staff official tim, belum jelas juga permasalahan yang terjadi apakah pemecatan itu benar-benar terjadi apa tidak. Namun hal yang menjadi pertanyaan buat apa mengganti tim yang tampil cukup bagus dengan 2 kemenangan dari 2 pertandingan di awal musim. Berita di media mengabarkan penyebab pemecatan adalah permasalahan pergantian di managemen yang sebelumnya dikendalikan oleh M.Nur dan ibu Siti Nurzanah sebagai ketua yayasan dan direktur, sekarang di take over oleh bapak Winarso sebagai direktur.

Permasalahan pelik ini berawal dari terbentuknya 2 tim yakni yang diasuh oleh Milomir seslija dan Abdurrahman Gurning. Yang terdaftar di PSSI sebagai peserta kompetisi IPL adalah tim yang diasuh oleh Milomir seslija. Berdasarkan isu yang ada di media akhir-akhir ini, akan terjadi perombakan tim besar-besaran. Dan pada pertandingan berikutnya tim yang bermain adalah tim asuhan abdurrahman gurning. Sebuah permasalahan pelik yang tentu semakin menambah keruwetan di tubuh AREMA.

Alasan pergantian skuad ditengah kompetisi seperti ini, seharusnya tidak perlu terjadi dan tidak akan terjadi apabila kita berkaca dengan peraturan yang ada. Proses pergantian pemain yang telah melewati batas pendaftaran pemain yakni 7 hari sebelum pertandingan pertama tim yang bersangkutan (pertandingan pertama Arema adalah 14 desember jadi pendaftaran terakhir adalah tanggal 7 desember) sementara penambahan atau pergantian pemain hanya bisa dilakukan disaat window transfer dan tidak boleh melebihi 30% dari jumlah pemain yang didaftarkan diawal musim (berdasarkan ketentuan FIFA soal window transfer).

Memang hal yang aneh memang pergantian di managemen bisa menimbulkan dampak yang sangat fatal bagi pemain dan pelatih. Along, Ridhuan, Esteban dan Roman sudah memasuki musim ketiganya di AREMA, lalu tim pelatih Milo yg berkarakter, dulle yang sangat mumpuni dalam meningkatkan kemampuan fisik pemain malah menjadi korban. Apabila kita bandingkan di liga eropa sebagai patokan pengelolaan sepakbola industri yang baik, hal seperti ini tidak pernah terjadi, pergantian investor dan jajaran managemen nyaris tidak menyentuh ranah teknis pertandingan. Karena fungsi investor adalah pemenuhan kebutuhan tim dan memaksimalkan potensi bisnis yang dimiliki tim tersebut. Dan bagi jajaran managemen yang baru, seharusnya jangan dulu membuat kebijakan jangka panjang terhadap tim di tengah musim yang tengah berjalan ini. Dan memang tidak ada alasan secara teknis dilakukannya pemecatan tersebut, karena performa yang ditunjukkan selama 2 pertandingan ini tidak mengecewakan.

PSSI apabila tegas dan menjalankan regulasi kompetisi dengan utuh dan konsisten maka PSSI akan menjadi wasit yang bijak terhadap permasalahan yang melanda tim AREMA IPL ini. Namun apabila PSSI sekali lagi hanya mementingkan “perutnya” semata akan tinggal menunggu waktu saja, dan memang PSSI yang ada sekarang telah memang menjadi biang kehancuran AREMA.

Entah mengapa pergantian di tubuh managemen harus menggeret pemain sebagai korbannya. Sepakbola kita dan AREMA kita apakah sudah kehilangan jati dirinya. Sudah tidak lagi mampu menjadi alat pemersatu namun malah membuat setiap perbedaan menjadi sangat nyata. Akankah kebanggaan ini berganti menjadi sebuah kebingungan yang berujung pada permusuhan??? Apabila kita mencoba menganalogikan kejadian ini dengan filosofi pelayaran, kita tidak perlu membuat kapal baru dan tidak perlu mengganti nakhoda, hanya semua harus sadar peran dan tanggung jawabnya sendiri, yg ABK jadilah ABK yg baik, yg menjadi juru mudi jadilah juru mudi yang baik, yang menjadi mualim jadilah mualim yang baik, maka kelak kapal ini akan dengan tangguhnya mengarungi samudra kompetisi hingga akhirnya berlabuh dipelabuhan JUARA.

sumber: (Arul/Wearemania.net)

Related Post:

Komentari

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar