“Berbahagialah, orang-orang yang kebahagiaannya tidak tergantung dengan kemampuan orang lain”
Itu yang seringkali saya ucapkan kepada teman-teman saya yang tidak mencintai sepakbola. Berminggu-minggu ini saya seolah tidak punya kebahagiaan, bagaimana kemudian saya harus melihat hasil buruk dari tiga tim favorit saya, Arema Indonesia, Liverpool, dan Juventus, dan ini mempengahruhi kehidupan saya, saya jarang tersenyum, seandainya tertawa, itupun tertawa yang saya paksakan, dan orang yang dekat dengan saya akan tahu bagaimana tawa saya yang saya paksakan. Tapi, saya bangga dengan keputusan saya, saya bangga memberikan bahagia tidaknya saya kepada sepakbola, olahraga terhebat sepanjang masa.
Minggu yang berat, dan semuanya memuncak kemarin sore, ketika Arema Indonesia harus menelan kekalahan ke-4 secara beruntun, sebuah hasil tragis bagi Juara Bertahan Liga Super Indonesia, tapi untunglah, dahulu saya pernah mengalami yang lebih buruk daripada ini. Dahulu, saya pernah merasakan bagaimana rasanya melihat sulitnya Arema untuk mencetak gol, dan ketika Arema berhasil mencetak gol, saya merasa seolah-olah Arema sudah juara, pernah juga saya (dan semua Aremania) merasakan bagaimana sakitnya terdegradasi, kita (Aremania) pernah merusak nama kita sendiri di Pentas Sepakbola Indonesia, dengan tragedi yang sering disebut sebagai tragedy “Kediri Obong”, kita juga pernah merasakan nikmatnya berpesta selama tujuh hari tujuh malam ketika Arema Juara musim lalu. Tapi, kenapa kemudian kita (Aremania) tidak belajar dari itu semua ? padahal Tuhan telah memberikan pelajaran itu semua kepada kita untuk selalu belajar dari pengalaman.
Saya kemarin sore kecewa pada permainan tim, terutama di babak kedua, iya, tapi saya lebih kecewa lagi dengan beberapa orang Aremania yang berlaku tidak sportif, tidak sepenuhnya mendukung Arema dalam pandangan saya, menghina pemain Arema, apakah ini hasil pelajaran yang Tuhan berikan kepada kita ?. Meninggalkan tim ketika kondisi memburuk adalah sebuah kebodohan besar dalam pandangan saya, ini sama saja meninggalkan saudara-saudara kita ketika mereka menderita kekalahan total dimedan perang, bukankah itu sama dengan kita telah mengkhianati salam kebanggaan kita ? Salam satu jiwa itu. Sepakbola itu 2×45 menit, tidak mungkin selama 2×45 menit itu pemain meninggalkan kita (Aremania), lalu kenapa Aremania meninggalkan pemain ? Beberapa tahun yang lalu, supporter Kawasaki Frontale bernama Ogasawara, lawan Arema di LCA tahun 2007 pernah mengkritik Aremania dengan mengatakan “Only one thing I was dissapointed for Aremania was the people who went home before the game finished. In football, 1 minute can make 1 goal. So supporters have to never give up. If we give up, WHO WILL SUPPORT THE TEAM?”. Artinya kurang lebih, “hanya satu kekecewaan saya terhadap Aremania, ketika orang (Aremania) pulang sebelum pertandingan selesai, dalam sepakbola, 1 menit dapat membuat 1 gol. Jadi supporter tidak pernah boleh untuk menyerah, jika kita menyerah, siapa yang akan mendukung tim?”.
Lalu, apakah Aremania telah menjadi sekumpulan orang-orang yang mudah menyerah ? Kemana jiwa-jiwa singa yang selalu kita banggakan ? ataukah jiwa-jiwa Singa itu hanyalah sebuah bentuk kesombongan kita ?. Singa itu tidak pernah menyerah dalam memburu mangsanya, apapun caranya, apapun resikonya.
Saya tahu, kita (Aremania) kecewa, tapi bukan dengan melakukan tindakan-tindakan yang dalam pandangan saya bodoh, menyalakan petasan, kembang api (yang dalam berita ditelevisi dianggap sebagai aksi-bakar-bakaran), meninggalkan stadion sebelum pertandingan usai, dijadikan sebagai pelampiasan, kita seharusnya telah belajar dari segala permasalahan yang terjadi di masa lampau, dan bukan malah kembali ke masa lampau yang kelam dan penuh dengan kebodohan.
Saatnya kita belajar, begitu juga pemain, masa kini sudah lebih baik daripada masa lalu, dahulu, ketika Arema kalah, tidak akan ada satupun pemain yang berani keluar menemui Aremania, mereka malu, bahkan beberapa akan ada yang menangis, karena mereka bermain dengan sepenuh hati, demi Arema, demi Aremania, demi Malang Raya, demi Indonesia. Hari ini sudah lebih baik (sangat), kalah menang, anda tetap mendapatkan tepukan tangan dari supporter, berjuanglah kembali dengan sepenuh hatimu, seperti di masa lalu yang indah, saya secara pribadi yakin anda semua masih memiliki hati, semangat serta kebanggaan untuk membela Arema. Saya yakin, anda semua adalah tim terbaik yang pernah dimiliki Arema, saya yakin anda adalah sekumpulan singa-singa yang lapar akan kemenangan, tidak inginkah anda kembali berada dipuncak tertinggi sepakbola, tidak inginkah anda merasakan kembali nikmatnya kemenangan yang lama tidak kita dapatkan akhir-akhir ini ?.
Anda semua adalah kebanggaan Aremania, anda semua adalah tumpuan kebahagiaan Aremania, anda semua adalah orang-orang terpilih yang layak mengenakan kostum kebesaran Arema, anda semua adalah orang-orang yang kami jadikan pendeta dikuil pemujaan kami, jadi, bawalah kami ke surga sepakbola, yakni gelar juara, kemenangan hanyalah sebuah kebahagiaan kecil, gelar juara itulah surga sepakbola.
Saya sudah lelah dengan manajemen, semuanya sudah sering saya lontarkan tentang manajemen Arema, jadi cukuplah tulisan ini sampai disini. Seperti yang saya tuliskan ditulisan dengan judul “Dunia, Sambutlah, AREMA INDONESIA!!!”, maka sekarang adalah saat bagi kita (Arema dan Aremania) untuk kembali ke barak, kembali belajar untuk menaklukkan dunia, kembali belajar bermain sepakbola untuk dapat sekelas dengan Barcelona, inilah saatnya, Tunggulah, kami akan kembali untuk (mencoba) menaklukan dunia.
Petilasan Brontoseno, 17 Maret 2011
http://twitter.com/trezegulum17
Original Post For Wearemania.net
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar